Dalam kamus bahasa Indonesia dikatakan bahwa organisasi adalah kumpulan
orang-orang yang berjualan demi mendapatkan sesuatu perkumpulan. Hal ini
juga senada dengan apa yang diterjemahkan oleh orang Jepang tentang
definisi organisasi tersebut yaitu sebuah wadah gabungan dari berbagai
kekuatan untuk mewujudkan kekuatan yang lebih hebat dalam mencapai
tujuan tertentu.
Adalah sebuah terjemahan
yang sangat pleksibel namun bisa dikatakan sulit untuk merealisasikan
tujuan akhirnya yaitu mendapatkan sesuatu perkumpulan yang kuat, kompak
dan harmonis.
Keharmonisan dalam organisasi itu memang sangat sulit
untuk diwujudkan ,yang terkadang hanya disebabkan oleh sebuah
perbedaan, padahal sebuah perbedaan bisa dijadikan sebagai sumber
persatuan jika dikemas dengan kekompakan. Banyak kegagalan yang
dijumpai dalam sebuah organisasi yang faktor utamanya adalah tidak
adanya kekompakan dalam tubuh organisasi tersebut..
Namun juga
bukanlah hal yang mudah dalam membina kekompakan ini, perlu adanya usaha
keras yang cukup memakan banyak tenaga dan pikiran, karena rambut boleh
sama tetapi ide tetap berbeda.
Dalam kesempatan kali ini saya
menawarkan beberapa langkah dalam upaya membina kekompakan anggota,
terlepas apakah para pembaca setuju dengan saya atau tidak, tapi ini
adalah sebuah teori yang sudah banyak diaflikasikan dan mendapatkan
hasil yang memuaskan.
1. Persamaan visi misi
Dalam organiasasi
sangatlah diperlukan adanya visi dan misi yang jelas, sehingga anggota
dengan sendirinya akan dipersatukan oleh visi dan misi itu sendiri,
bagaimanapun juga visi dan misi dalam sebuah organisasi adalah pondasi
utama yang sangat menentukan kelanggengan organisasi di masa yang akan
datang. Jika dalam individu anggota sudah memilki visi misi yang sama,
maka akan sangat mudah untuk dipersatukannya. Harun Nasuton sendiri
mengatakan “persamaan darah tidak menjamin sebuah persatuan, namun
persamaan visi dan misilah yang menyatukan kita”.
2. fair dan saling percaya
Keterbukaan
dan saling mempercayai sesama anggota sangatlah mungkin untuk membentuk
kekompakan anggota, karena seringkali keretakan anggota terjadi hanya
karena misunderstanding, tidak ada kejelasan yang pasti dalam menerima
sebuah informasi atau dalam menyelesaikan seuah konflik yang akhirnya
selalu menimbulkan kecurigaan sesama anggota.
3. Kerjasama, komunikasi dan konflik
Keharmonisan
dalam berorganisasi tentunya sangat erat ketergantungannya dengan jiwa
kerjasama, komunikasi dan konflik. Segalanya memang perlu pembiasaan,
jika ingin memiiki anggota yang kompak, maka asas bekerjasama harus
terus dibakar dalam tiap individu anggota, jangan pernah melihat kadar
berat ringannya perbuatan tersebut, karena bagaimanapun juga dalam
kehidupan berorganisasi segalanya harus dipikul bersama, meskipun
sejatinya perkara tersebut bisa dilaksanakan sendiri.
Komunikasi
sesama anggota juga sangat dibutuhkan, jiwa kebersaaan akan tumbuh subur
dalam individu anggota jika komunikasai terus berjalan, meskipun hanya
sekadar say hello!. Juga dalam memandang konflik biasanya semua orang
selalu memakai kacamata negative, seolah-olah dalam konflik itu tidak
akan menghasilkan sisi positif, padahal jika para anggota terlebih lagi
pemimpinnya mampu mengemas konfik itu dengan kemasan yang baik, maka
konflik tersebut bukan akan mendatangkan keretakan, namun sebaliknya ;
mempererat persatuan dan membina kekompakan, sebagaimana konflik yang
biasa terjadi dalam percintaan, jika pandai mengemasnya, maka konfik itu
laksana bumbu-bumbu penyedap cinta, bukanlah kerikil-kerikil penghambat
cinta.
4. Dukungan dan Ikatan hati
Kekompakan anggota akan
efektif jika sesama mereka memiliki ikatan hati yang kuat, satu sama
lain saling menghormati, menasihati dan berjuang bersama demi kemajuan
organisasinya. Namun apa yang akan terjadi jika sesama anggota saling
menghina dan menjatuhkan, jangankan kekompakan, persatuanpun rasanya
akan sulit untuk digalang bersama. Ikatan hati yang kuat sesama anggota
akan sangat mudah mencapai kemajuan.
Dukungan dari setiap anggota
juga sangat berpengaruh, karena dalam oragnisasi juga bisa dianalogikan
seperti sebuah bangunan semuanya harus saling menguatkan dan mendukung,
Jika ada satu tiang yang roboh, maka bangunan tersebut tidak akan bisa
berdri tegak sebagaimana idealnya sebuah bangunan yang kokoh. Tak
ubahnya dengan organisai, segala pihak saling terkait. Dan ini sesuai
dengan yang dipaparkan oleh bangsa Jepang mengenai definisi organisasi.
5. kepemimpinan yang layak
Point
yang saya letakkan pada posisi terakhir, bukanlah untuk meremehkan,
namun untuk lebih mengutamakan, saya memakai teori pyramid terbalik,
semakin kebawah semakin meruncing alias semakin urgen.
Orang tua
adalah cermin anak di masa yang akan datang, begitu juga pemimpin adalah
cermin anggotanya di masa yang akan datang. Dengan steatmen seperti ini
sudah jelas tentunya bahwa kekompakan anggota juga bisa dipupuk dari
kepriadian sang pemimpinnya, jika sang pemimpin memiliki jiwa social
yang tinggi, komunikatif, agresif dan progresif maka kekompakan anggota
akan sangat mudah dibina.
Jika para pembaca mencermati dari semua
poin yang telah saya jelaskan satu persatu, maka akan sangat jelas bahwa
semuanya kembali lagi kepada pemimpinnya. Seorang pemimpin dituntut
untuk memiliki strategi yang ampuh demi mewujudkan kekompakan
anggotanya, bagaimana caranya agar semua anggota bisa memiliki satu visi
dan misi, bagaimana caranya agar anggota saling percaya, saling
mendukung dan memiliki ikatan hati yang kuat.
Menurut saya di antara
karakter pemimpin yang ideal itu adalah pemimpin yang peka dengan
keadaan anggota, selalu memberikan motifasi dan inisiator (banyak
ide-ide baru).
Dengan adanya tuntutan ini, Penulis tidak bermaksud
menghantui para pemimpin, namun ingin mengajak para pemimpin BUMBATA
(buka mata buka telinga) dan untuk lebih jeli dalam membina kekompakan
anggotanya. Karena kesuksesan dan kaberkahan itu berada dalam
kekompakan dan persatuan.
5 Tips Membina Kekompakan Anggota sebuah Organisasi
Posted by Unknown on 20.17 in Tips | Comments : 0
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Posting Komentar